Bismillah,
Yaa Alloh bimbinglah setiap ucapan yang keluar dari setiap huruf yang dituliskan, Semoga menjadi berkah dan mendapat Rahmat dariMu.
Ikhwah Fillah yang dirahmati Alloh
Kita tidak akan habis2nya membahas yang namanya cinta. Yah..cinta. Tak pernah bosan untuk dibahas. Sesuatu yang diulang, dan akan terus berulang. Dari zaman nenek moyang (bapak Adam dan Ibunda Hawa) sampai akhir zaman. Manusia yang tengah merasakannya bisa lupa waktu, lupa diri, lupa makan, bahkan lupa ingatan! (ck..ck..ck..the power of love). Afwan, saya bukan seorang pujangga apalagi pakar cinta. Tapi (katanya) kekuatan cintalah yang menjadikan seseorang mendadak puitis, mendadak kreatif, mendadak inovatif, mendadak solutif, dan mendadak dangdut (lho?! He..he..afwan jiddan). Saya tidak akan membahas tentang cinta, apa itu cinta? karena saya bukanlah pakar cinta.
Menurut hasil wawancara ana dengan senior yang udah menikah :
Ana bertanya : "Jodoh itu cerminan diri kita, Kalo sebelum ketemu, kita mikirin orang lain, berarti dia juga lagi mikirin akhwat lain. Ya gak? Makanya selama ini kita tuh harus mikir-mikir dulu kalo mau jatuh cinta, takutnya dia juga lagi jatuh cinta sama akhwat lain".
Kang Ustadz menjawab : "Iya, betul. akang juga pernah diceritain seorang teman ikhwan. Katanya, penyesalan itu justru akan semakin besar ketika kita sudah menikah. Coba bayangkan ketika istri antum sedang tertidur pulas di sisi antum. Lalu tataplah wajahnya. Dia adalah orang yang Allah pilihkan untuk mendampingi antum, yang akan menemani hari-hari antum. Padahal, dulu, ada wajah orang lain yang ada di pikiran antum dan mengisi hati antum. Pasti rasa bersalah itu akan muncul dan meluap-luap dalam hati. Dan tanpa terasa, air mata akan berjatuhan, air mata penyesalan sekaligus tangis kebahagiaan karena telah mendapatkan ganti yang pastinya terbaik menurut Allah.
Terlepas dari semua itu, cinta yang bersemi sebelum waktunya juga akan mempengaruhi perjalanan bahtera rumah tangga. Tanpa kita sadari dan tanpa kita kehendaki, perasaan membanding-bandingkan pasangan dengan orang yang singgah lebih dulu di hati kita akan ada. Beruntung jika jodoh kita ternyata memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang yang dulu kita cintai. Tapi bagaimana jika hati kita tertutup untuk melihat segala kelebihan itu? Yang kita lihat hanya kekurangan-kekurangannya saja, sedang kelebihan-kelebihan orang yang dulu kita cintai justru begitu nampak jelas di mata kita. Maka kekecewaanlah yang ada. Perasaan menyesal karena mungkin dulu malu atau terlambat mengungkapkan cinta padanya. Menyesal karena mungkin dulu pernah menolaknya atau tidak memilihnya. Yah, menyesal dan menyesal...kemudian kecewa. (na'udzubillah...).
Lalu bagaimana jika orang yang kita nikahi adalah orang yang sama dengan yang kita cintai sebelumnya? Maka bisa jadi bahagia, atau malah kecewa. Bahagia karena mendapatkan orang yang kita cintai dan kita kagumi, kecewa karena ternyata sifat-sifat yang kita kagumi di dirinya justru tertutup dengan kekurangan-kekurangan yang baru kita ketahui setelah menikah (No body's perfect guys!).
Makanya, lebih enak mencintai jika sudah tiba saatnya. Maksud ane saat semua telah menjadi halal dan diridhoiNya. Kapan? Tentunya di saat yang tepat, di kondisi dan situasi yang tepat, di tempat yang tepat, dengan cara yang tepat, dan dengan orang yang tepat! Akan banyak surprise yang kita temui dari pasangan kita. Masa-masa ta'aruf dalam rumah tangga akan terasa lebih lama.
Lha, trus kalo cinta itu datang sebelum waktunya gimana? emangnya kita bisa milih dan nentuin kapan mau jatuh cinta? nggak kaan?? Bener sie..Kita gak tau kapan cinta akan datang. Cinta datang tak diundang, pergi juga gak dianter (jailangkung kaleee...). Tapi kita bisa menyiram, memupuk, dan merawatnya hingga bersemi atau malah membiarkannya layu, dan mati...Itu pilihan kita! Mau terus dirawat, dikelola/dimanaj, dipendem, atau dikubur hidup-hidup. So, mau pilih yang mana?Layaknya orang yang sedang berpuasa dan menanti detik-detik berbuka. Jika dia mampu menahan segala cobaan dan godaan saat berpuasa, maka kebahagiaan, kepuasan dan keberkahanlah yang dirasa saat tiba waktu berbuka. Percaya deh!
Dan jangan pulalah melontarkan kata2 ta'arruf atau khitbah kepada akhwat, Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Mengapa demikian? Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. akhwat mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, akhwat adalah makhluk yang mudah sekali GeEr, suka disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata ta’aruf atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti antum, tak ada alasan bagi akhwat untuk menolak. Karena jika akhwat menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antum, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan? Sekali lagi, berhati-hatilah dengan kata ta’aruf. karena kata2 tersebut menurut ane merupakan pintu gerbang halaman menuju pintu rumah yaitu pernikahan.
Yang jadi pertanyaan adalah seberapa jauh pintu gerbang halaman tersebut menuju pintu rumah kita??? Ya tergantung, bisa lama, bisa sebentar atau malah samasekali gak pernah sampai masuk kerumah itu.
Padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat akhwat terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat akhwat terlena. Mungkin akhwat tergoda dengan dan terlena dengan sesuatu yang antum sajikan. Tapi akhwat nggak berhak, akhwat belum mendapat izin dari si empunya rumah. Kasihan akhwat yang ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat akhwat lupa akan tujuan semula. Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan akhwat pun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah akhwat mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya. Saat itulah hati sang akhwat hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan yang akhwat rangkai, akhwat bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan akhwat menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang membuat akhwat kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan akhwat berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuk akhwat. Kasihanilah akhwat, bila dia berlama-lama berada didepan pintu rumah antum. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati akhwat ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi akhwat dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana.
Dan mungkin Akhwat ini tak ingin mengkhianati calon suaminya yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara akhwat berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain. Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan. Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label ‘ta’aruf” untuk membungkus suatu kemaksiatan bukan?
Hati ini milik Alloh, jadi hanya Allohlah yang berhak menempatinya, carilah keberkahan dari pernikahan, tentunya berkah diawal, ditengah dan diakhir kehidupan.
Menikahi Orang yang kita Cintai itu gak wajib, tapi mencintai orang yang kita nikahi itu adalah wajib.
(Afwan, bila sahabat telah membaca posting ini sebelumnya, bukankan sebuah buku tersusun dari rangkaian huruf A-Z yang terangkai rapi? bukankah sebuah hitungan matematika tersusun dari angka 0-9 yang dirangkai).
Sebarkan ilmu yang antum ketahui, walaupun hanya satu ayat. InsyaAlloh bermanfaat.