Visit to Facebook Ikhwan Militan

Profil Facebook Ikhwan Militan

Minggu, 08 Maret 2009




CINTA LAYAKNYA SEPERTI SEEKOR KUPU-KUPU, SEMAKIN SUNGGUH-SUNGGUH KALIAN MENGEJARNYA, SEMAKIN JAUH IA TERBANG MENINGGALKAN KALIAN. BIARKAN KUPU-KUPUMU TERBANG KEMANA SAJA IA SUKA. SIAPA TAHU, BILA IA LELAH DAN TIDAK SADAR AKAN KEBERADAANMU IA BAKAL MENGIBASKAN SAYAPNYA KEARAHMU MENUMPANG TEDUH DARI PANAS HUJAN BADAI DUNIAWI DALAM KEADAAN YANG KALIAN TIDAK SANGKA, MUNGKIN SAJA KUPU-KUPUMU YANG KAU KEJAR ITU BUKAN KUPU-KUPU YANG ALLOH PERUNTUKKAN UNTUKMU.

Kala Cinta Bersemi...


Bismillah,

Yaa Alloh bimbinglah setiap ucapan yang keluar dari setiap huruf yang dituliskan, Semoga menjadi berkah dan mendapat Rahmat dariMu.

Ikhwah Fillah yang dirahmati Alloh

Kita tidak akan habis2nya membahas yang namanya cinta. Yah..cinta. Tak pernah bosan untuk dibahas. Sesuatu yang diulang, dan akan terus berulang. Dari zaman nenek moyang (bapak Adam dan Ibunda Hawa) sampai akhir zaman. Manusia yang tengah merasakannya bisa lupa waktu, lupa diri, lupa makan, bahkan lupa ingatan! (ck..ck..ck..the power of love). Afwan, saya bukan seorang pujangga apalagi pakar cinta. Tapi (katanya) kekuatan cintalah yang menjadikan seseorang mendadak puitis, mendadak kreatif, mendadak inovatif, mendadak solutif, dan mendadak dangdut (lho?! He..he..afwan jiddan). Saya tidak akan membahas tentang cinta, apa itu cinta? karena saya bukanlah pakar cinta.


Menurut hasil wawancara ana dengan senior yang udah menikah :

Ana bertanya : "Jodoh itu cerminan diri kita, Kalo sebelum ketemu, kita mikirin orang lain, berarti dia juga lagi mikirin akhwat lain. Ya gak? Makanya selama ini kita tuh harus mikir-mikir dulu kalo mau jatuh cinta, takutnya dia juga lagi jatuh cinta sama akhwat lain".


Kang Ustadz menjawab : "Iya, betul. akang juga pernah diceritain seorang teman ikhwan. Katanya, penyesalan itu justru akan semakin besar ketika kita sudah menikah. Coba bayangkan ketika istri antum sedang tertidur pulas di sisi antum. Lalu tataplah wajahnya. Dia adalah orang yang Allah pilihkan untuk mendampingi antum, yang akan menemani hari-hari antum. Padahal, dulu, ada wajah orang lain yang ada di pikiran antum dan mengisi hati antum. Pasti rasa bersalah itu akan muncul dan meluap-luap dalam hati. Dan tanpa terasa, air mata akan berjatuhan, air mata penyesalan sekaligus tangis kebahagiaan karena telah mendapatkan ganti yang pastinya terbaik menurut Allah.


Terlepas dari semua itu, cinta yang bersemi sebelum waktunya juga akan mempengaruhi perjalanan bahtera rumah tangga. Tanpa kita sadari dan tanpa kita kehendaki, perasaan membanding-bandingkan pasangan dengan orang yang singgah lebih dulu di hati kita akan ada. Beruntung jika jodoh kita ternyata memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang yang dulu kita cintai. Tapi bagaimana jika hati kita tertutup untuk melihat segala kelebihan itu? Yang kita lihat hanya kekurangan-kekurangannya saja, sedang kelebihan-kelebihan orang yang dulu kita cintai justru begitu nampak jelas di mata kita. Maka kekecewaanlah yang ada. Perasaan menyesal karena mungkin dulu malu atau terlambat mengungkapkan cinta padanya. Menyesal karena mungkin dulu pernah menolaknya atau tidak memilihnya. Yah, menyesal dan menyesal...kemudian kecewa. (na'udzubillah...).


Lalu bagaimana jika orang yang kita nikahi adalah orang yang sama dengan yang kita cintai sebelumnya? Maka bisa jadi bahagia, atau malah kecewa. Bahagia karena mendapatkan orang yang kita cintai dan kita kagumi, kecewa karena ternyata sifat-sifat yang kita kagumi di dirinya justru tertutup dengan kekurangan-kekurangan yang baru kita ketahui setelah menikah (No body's perfect guys!).


Makanya, lebih enak mencintai jika sudah tiba saatnya. Maksud ane saat semua telah menjadi halal dan diridhoiNya. Kapan? Tentunya di saat yang tepat, di kondisi dan situasi yang tepat, di tempat yang tepat, dengan cara yang tepat, dan dengan orang yang tepat! Akan banyak surprise yang kita temui dari pasangan kita. Masa-masa ta'aruf dalam rumah tangga akan terasa lebih lama.


Lha, trus kalo cinta itu datang sebelum waktunya gimana? emangnya kita bisa milih dan nentuin kapan mau jatuh cinta? nggak kaan?? Bener sie..Kita gak tau kapan cinta akan datang. Cinta datang tak diundang, pergi juga gak dianter (jailangkung kaleee...). Tapi kita bisa menyiram, memupuk, dan merawatnya hingga bersemi atau malah membiarkannya layu, dan mati...Itu pilihan kita! Mau terus dirawat, dikelola/dimanaj, dipendem, atau dikubur hidup-hidup. So, mau pilih yang mana?Layaknya orang yang sedang berpuasa dan menanti detik-detik berbuka. Jika dia mampu menahan segala cobaan dan godaan saat berpuasa, maka kebahagiaan, kepuasan dan keberkahanlah yang dirasa saat tiba waktu berbuka. Percaya deh!


Dan jangan pulalah melontarkan kata2 ta'arruf atau khitbah kepada akhwat, Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Mengapa demikian? Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. akhwat mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, akhwat adalah makhluk yang mudah sekali GeEr, suka disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata ta’aruf atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti antum, tak ada alasan bagi akhwat untuk menolak. Karena jika akhwat menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antum, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan? Sekali lagi, berhati-hatilah dengan kata ta’aruf. karena kata2 tersebut menurut ane merupakan pintu gerbang halaman menuju pintu rumah yaitu pernikahan.


Yang jadi pertanyaan adalah seberapa jauh pintu gerbang halaman tersebut menuju pintu rumah kita??? Ya tergantung, bisa lama, bisa sebentar atau malah samasekali gak pernah sampai masuk kerumah itu.


Padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat akhwat terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat akhwat terlena. Mungkin akhwat tergoda dengan dan terlena dengan sesuatu yang antum sajikan. Tapi akhwat nggak berhak, akhwat belum mendapat izin dari si empunya rumah. Kasihan akhwat yang ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat akhwat lupa akan tujuan semula. Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan akhwat pun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah akhwat mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya. Saat itulah hati sang akhwat hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan yang akhwat rangkai, akhwat bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan akhwat menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang membuat akhwat kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan akhwat berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuk akhwat. Kasihanilah akhwat, bila dia berlama-lama berada didepan pintu rumah antum. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati akhwat ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi akhwat dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana.


Dan mungkin Akhwat ini tak ingin mengkhianati calon suaminya yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara akhwat berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain. Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan. Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label ‘ta’aruf” untuk membungkus suatu kemaksiatan bukan?


Hati ini milik Alloh, jadi hanya Allohlah yang berhak menempatinya, carilah keberkahan dari pernikahan, tentunya berkah diawal, ditengah dan diakhir kehidupan.


Menikahi Orang yang kita Cintai itu gak wajib, tapi mencintai orang yang kita nikahi itu adalah wajib.


(Afwan, bila sahabat telah membaca posting ini sebelumnya, bukankan sebuah buku tersusun dari rangkaian huruf A-Z yang terangkai rapi? bukankah sebuah hitungan matematika tersusun dari angka 0-9 yang dirangkai).


Sebarkan ilmu yang antum ketahui, walaupun hanya satu ayat. InsyaAlloh bermanfaat.

Ingin?!!.. Selanjutnya???


Bismillah.
Assalamualaykum Warohmatullohi Wabarokatuh
Ikhwah fillah apa kabarnya pada hari ini? Ada Kejadian unik pada hari jumat kemarin, pas dikasih pengarahan oleh Kang Duden tentang SSG Lanjutan.
Pada salahsatu sesi beliau berkata : "Siapa yang ingin kaset ini?". (kaset tausiyah dari guru kita, siapa yang gak mau laa.hh)
Spontan saja kami semua mengacungkan tangan ala SSG. Tapi, beliau meletakkan kembali kaset tersebut. Kemudian beliau berkata lagi: "Siapa yang ingin kerudung ini?". Dengan refleks akhwat mengacungkan tangan juga. biasa acungan tangan ala SSG. Dan Pada akhirnya beliau menanyakan kembali hal serupa. Tak nunggu komando lagi, ana kemudian Kang Bambang juga ikhwan yang lainnya menyambar kaset yang dipegang oleh Kang Duden tadi (kebetulan kasetnya 3 biji dan kerudung 2 buah), begitu juga akhwat kalo gak salah ukhti Wiwit dan Ukhti...(siapa yah...ane lupa lagi).
Setelah itu beliau bertutur :"Semua orang ingin Syurga, ingin kenikmatan dan kesenangan. Tapi hanya sedikit saja yang mau melakukan hal2 yang mendekatkan kita ke syurga, mendekatkan kita pada kesenangan dan kenikmatan abadi, kita kalah dengan kesenangan sesaat dan derita berkepanjangan".
Seperti halnya simulasi tadi, semua orang ingin kaset dan kerudung. Tapi hanya beberapa orang saja yang mau menjemput dan berikhtiar untuk mendapatkannya. begitu pula mengapa dalam Al-Quraan mengapa kata Aamanu selalu bergandengan dengan Wa'amilushsholihat. Kita yakin, kita tahu tapi harus dilanjutkan dengan tindakan nyata yaitu amal.
Terima kasih kang Duden sering2 aja yah....
Dasar SSG (Santri Serba Gratis)

Saudariku...Kembangkanlah Sayapmu.


Bismillah

Assalamualaykum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Ikhwah fillah yang dirahmati Alloh, sebenarnya ini adalah posting lama yang nongkrong di blog ane, hanya ingin sekedar me-review saja untuk menyegarkan kembali ingatan kita.

Ketika dalam sebuah Dauroh…

Seorang ikhwan tiba-tiba nyeletuk di tengah obrolan ringan,

“Kang Fulan koq jadi jarang kelihatan ya setelah menikah? Padahal beliau termasuk aktivis kelas berat. Hampir setiap kegiatan pengajian tak lepas dari campur tangannya. Sayang banget ya. Ah, semoga beliau gak hilang dari peredaran".

”Degh! Mendengar kata-kata itu, jantungku seakan berhenti berdetak. Dadaku sesak. Ya Alloh, bagaimana jika hal itu terjadi padaku? Hilang dari peredaran? Na'udzubillah....Yang ini lain lagi. Seorang ikhwan yang baru walimah ketika ditanya ustadznya

"Kenapa nggak datang ke pengajian?, jawabannya “’Afwan Kang, kemaren pas mau berangkat mertua berkunjung ke rumah.” (Apa kalo gak nemenin mertua bisa dipecat jadi mantu yak?)

Parahnya lagi, kalo hal ini yang terjadi pada akhwat, “’Afwan Mba, suami sudah gak ngijinin saya liqo lagi.” (Astaghfirullah…segitunyakah? Liqo aja gak boleh, apalagi ikut organisasi ini-itu?)
Itu sebahagian yang dicemaskan oleh beberapa aktivis dakwah muslim dan muslimah.

Al Mar’ah fii buyuutikum. Tentu. Sudah menjadi tugas dan fithroh sesuai yang digariskan dalam Al Quran dan sunnah bahwa wanita harus selalu berusaha menjadi istri yang baik dengan menaati perintah suami –selama tidak bertentangan dengan syari’ah Alloh- dan tetap memberikan pelayanan yang paling ahsan kepada suami serta menjadi madrasah bagi anak-anak. Namun, sebagaimana lelaki, wanita juga berkewajiban untuk beramar ma’ruf nahi mungkar dan menjalankan perannya sebagi seorang da’iyah dan murobbiyah. Akhwat juga memiliki hak yang sama untuk menuai pahala dari segenap kerja dakwah dengan memperhatikan batasan-batasan yang disesuaikan syari’ah.

Tanpa mengesampingkan tugas dan perannya sebagai ratu dalam istana dan ustadzah dalam madrasah peradaban, ijinkan akhwat mengambil peran dalam perluasan dakwah dan ishlahul ummah. Beri mereka kesempatan untuk berkiprah dalam kerja masyarakat. Banyak lini kehidupan yang membutuhkan sentuhan akhwat dalam mengelolanya. Misalnya dalam bidang kedokteran, kebidanan, keperawatan, perancang busana, atau menjadi praktisi dalam dunia pendidikan yang menjadi kunci sukses maju mundurnya suatu bangsa .

Akhwat sholihah menjadikan Al Qur’an sebagai pegangan hidup dalam beraktivitas. Hanya orang-orang bodoh atau berpura-pura bodoh yang beranggapan Islamlah yang membelengggu wanita. Islam ingin memuliakan wanita menjadi wanita aktif yang berinteraksi dengan realitas, berkontribusi bagi ummat, dan ikut berpartisipasi dalam pengembangan Islam menuju kesyumuliyahannya.

Melihat keadaan dunia yang sudak tak karuan dan mengalami kebobrokan, apakah akhwat harus berdiam diri di rumah? Duduk santai di depan kaca dan berdandan sambil menunggu pangeran pulang? Menutup mata dan telinga mereka atas realitas yang terjadi di luar sangkar emasnya? Di mana akhwat ketika ada sebagian kaumnya meminta pertolongan atas kekerasan rumah tangga dan pelecehan yang menimpanya? Ke mana akhwat ketika orang-orang di luar sana sibuk menyuarakan “Aborsi Harus Dilegalkan!”? Ke mana akhwat ketika ada sebagian dari kaumnya yang menuntut pasangan-pasangan lesbi juga diakui sebagai bentuk keluarga normal dan sah karena dianggap hak asasi. Ke mana akhwat ketika kaum feminis menuntut kesetaraan gender dan giat menyebarkan fikrohnya yang bernuansa sekuler, liberal, sosialis, bahkan radikal?

Selain itu, waktu yang dimiliki kaum wanita juga lebih banyak daripada lelaki sehubungan adanya tanggung jawab suami untuk menafkahi keluarga. Karenanya, kesempatan akhwat lebih terbuka lebar untuk mendekati dan mendakwah Fardhiyah kaumnya.

Alangkah indahnya suami istri jika bisa bersinergi saling bahu membahu menelusuri perjalanan panjang dakwah ini. Itulah perlunya memiliki pasangan hidup yang seirama untuk membentuk keluarga yang bukan saja sakinah mawaddah warohmah, tapi juga keluarga dakwah. Jika keduanya sudah berkomitmen untuk berkontribusi dalam dakwah dan jihad, maka dengan sendirinya akan saling berlapang dada sekalipun untuk itu terkadang ada hak masing-masing yang terkurangi. InsyaAlloh bisa dikomunikasikan dengan cara yang paling ahsan.

Keberhasilan seorang akhwat dalam membina rumah tangga juga menjadi pondasi awal kesuksesan dakwah yang lebih besar. Sukses membina masyarakat tentu diawali dengan sukses membina pribadi dan keluarga. Tidak bisa dikatakan sukses jika para da’iyah punya jam terbang tinggi membina masyarakat namun ternyata diri dan keluarganya tak terurus, mulailah menciptakan partner-partner dakwah di keluarga, bisa orang tua, saudara, suami maupun anak-anak.

Tapi, gak sedikit koq para ikhwan yang meridhoi dan mengikhlaskan istrinya beraktivitas dalam kancah dakwah. Dengan santun dan lembut ia berkata pada istri tercinta, “Abi gak akan pernah lupa bahwa Ummi adalah seorang da’iyah dan mujahidah sejati. Yang tidak akan berkurang aktivitas dakwahnya, bahkan oleh sebuah pernikahan sekalipun. Dan perjuangan Ummi akan terus dan selalu Abi dukung. Dunia ini bukan tempat sebenarnya. Syurgalah rumah kita. Dan di sanalah kita akan selalu bersama. insyaAlloh….”


Subhaanalloh, Indahnya....

(jadi kangen pingin segera nikah nih)

Islam... Oh Indahnya.



Bismillah,

Assalamualaykum Warohmatullohi Wabarokatuh.

ada tiga kebahagiaan pada hari ini,

pertama, Sahabat dunia maya ane si Ukhti Tangguh sembuh dari sakitnya, setelah beberapa pekan beliau dirawat di RS Balikpapan.(pesan buat Ukhti Tangguh, bila jalan dakwah itu indah. Ingat! Ada hak juga untuk tubuh ini, bagaimana kita menyeru ummat diri sendiri aja dicuekin. he..he...)

Kedua, Sungguh indah silaturahim diantara kami, kami ikhwan dan akhwat berlomba menggapai CintaNya dan RidhoNya, (Na...h gitu dong fastabiqul khoirot. Ikhwan juga kan butuh syurga. Gak kaya kemaren2 kayaknya majlis2 ilmu di dominasi akhwat deh).

Ketiga, Nikmat Alloh tak terhingga, sungguh ane malu sendiri, tiap hari hanya dosa dan maksiat yang ane lakukan, ibadah hanya asal2 saja. Tapi, karuniaNya sungguh tak putus2Nya. Terima KAsih Yaa Robb, golongkanlah hamba ini kedalam makhlukMu yang selalu bersyukur.

Terima Kasih Yaa Robb ana berada dalam Islam, sungguh nikmat yang tak ternilai bisa menjadi ummatMu.

(tak terasa mata ane lembab, Yaa Alloh jadikan airmata ini jadi saksi kelak di akhirat)